Oleh: ajisoka | Desember 20, 2007

Lawan Pungli Sekarang Juga!

LIHAT SEKITARMU! Gara-gara tidak mau membayar uang pelicin saat mendatangkan mesin, seorang investor dari luar negeri batal mendirikan pabrik pengolahan karet. Padahal ia sudah membeli gedung untuk pabrik, sudah merekrut tenaga kerja, dan sudah mendapatkan pesanan dari Timur Tengah. Alhasil, gedungnya sekarang mangkrak seperti rumah hantu, SDM yang sudah direkrut menjadi pengangguran lagi, dan pesanan tidak bisa dipenuhi. Investor yang bernama Erick itu pun bertekad untuk tidak lagi coba-coba menanam duit di Indonesia!
Uang pelicin, uang rokok, atau apa pun namanya, mereka tergolong dalam kategori grease money. Di Indonesia biasa disebut pungutan liar (Pungli). Kegiatan yang satu ini mengakibatkan rentetan permasalahan yang ujung-ujungnya mempersulit hidup orang banyak. Pungli bisa dimasukkan dalam biaya oleh para pengusaha, akibatnya harga barang menjadi mahal. Kalau harga barang mahal, kita juga yang susah. Belum lagi jika ngomongin hal yang lebih luas: Pungli bisa bikin perekoniman kita mandek!

JANGAN HANYA DIAM: LAWAN PUNGLI SEKARANG JUGA!

Oleh: ajisoka | Desember 14, 2007

o be

siang tadi, saya berperan sebagai tukang ojeg. mengantar teman menyerahkan pekerjaan klien kami di wisma bakrie, kuningan. karena saya benar-benar mirip tukang ojeg (berjaket merah, celana jeans, kaos, dan sandal japit warna coklat) saya tidak ikut naik ke lantai 10.  saya memilih nunggu di tempat parkir, menunggui motor kami (belakangan saya menyesal, karena ternyata teman saya kelamaan di sana.. sementara kali ini saya semakin mirip tukang parkir yang sedang menunggui deretan motor).

tidak ada yang aneh di tempat parkir tak resmi itu. warung nasi padang, gerobak bakso, kedai burger kaki lima, suara bising blender tukang jus, orang hilir mudik, makan, ngobrol, mau istirahat, ramai seperti pasar. mereka yang berseliweran rata-rata berbusana rapi, licin, dan necis dengan model baju model perkantoran terkini. “orang stap” (bahasa laskar pelangi) semua kah mereka?

ternyata bukan. sebagian banyak dari mereka yang berbaju dan busana elok tadi terlihat membawa secuil kertas, menenteng kresek, dan keluar masuk warung ke warung.  setiap habis menerima bungkusan dari warung, ada yang dicontreng di kertas yang dibawanya tadi.

ternyata aku dapat jawabannya. mereka adalah para dayang-dayang kantor yang tinggi itu. biasanya disuruh beli jus, makan siang, atau sekadar disuruh bikinin minum ketika ada tamu.

tapi sungguh-sungguh, cara mereka berbusana intelek sekali. lebih intelek dari saya yang lebih mirip tukan ojek. dan sekarang tukang parkir.

Oleh: ajisoka | Desember 12, 2007

berkunjung ke sarang “musuh

baru saja main ke tempat kerja teman kampus dulu di daerah menteng. sebenarnya niat pertamanya adalah ingin “memata-matai” perusahaan tempatnya bekerja (karena karakter bisnisnya sama). hanya ngobrol2, melihat dari versi dia sebagai karyawan tentang tempatnya bekerja, bagaimana perkembangannya, apakah dia betah, gajinya bagus, etc … sambil, tentu saja minta contoh2 produk.

teman tahu maksud saya. dan di luar dugaan, dia malah ngenalin sama bos-bosnya. walah, dia pakai memperkenalkan dengan basa-basi, “ini mas kenalkan, namanya aji, mau belajar karena punya perusahaan media juga.” halah … penyamaran terbuka seketika. ibarat kepala bin masuk masuk ke sarang intelejen musuh. maunya melihat-lihat, belajar diam-diam, malah diumumkan identitasnya lebar-lebar.

untungnya merka baik-baik. tapi tetap saja, tampak “gimana gitu” ketika tahu bisnis saya sama persis dengan bisnis mereka. memang benar saat ini kami bukan apa2 bagi mereka. karyawan mereka ada 70 orang, kami ber-enam saja: direktur merangkap office boy, manajer ngedoble penjaga malam, sekretaris sekaligus tukang ngeberesin apa saja.  klien mereka puluhan, AE-nya berderet2, creative, dan para administratur terbaik, benar2 lengkap menjanjikan kinerja dan hasil terbaik. sedangkan klien kami baru hitungan jari, bahkan satu pernah lari terbirit-birit ketika tahu hasil kami waktu itu kacau sekali (kenangan terpahit hehe …). mereka sudah siap2 akuisisi perusahaan lain. kami? istilah kata hutang sepuluh juta saja sudah bikin puyeng delapan puteran. tapi ke depan? who knows….

tapi rasanya segar bisa melihat rumah tetangga. bisa melihat2 aksesorisnya, ruang tamunya, dapur, sampe gudangnya. besok, kapan2, sepertinya saya harus ketemu sama bigbos-nya langsung. mudah2an ga segrogi tadi, gara-gara penyamaran terbuka tanpa persiapan. hehe …

Oleh: ajisoka | Desember 12, 2007

libur banyak banget

libur, bagi karyawan adalah surga. bagi entrepreneur? belum tentu.

ini bukan hanya soal gila kerja atau suka lihat orang kerja. tapi lebih pada produktivitas. bayangkan, minggu depan dan depannya lagi ternyata ranjau libur menghadang dengan sangat sadis. hari kamis, tanggal 20  desember libur idul adha. jumat? pasti lah ya tidak kondusif untuk bekerja.

ucluk2, senin mulai lagi, selasa 25 desember dihempas oleh natal. untuk yang terakhir ini, gossip-nya perusahaan2 besar bahkan lagi rame cuti bersama .. ada yang bilang sampai tanggal 5 januari. whats??? (diucapkan dengan gaya donald bebek terkejut).  kalau toh tidak libur sepanjang itu, pastilah perusahaan2 klien pada sibuk tutup buku sehingga gerbang pengeluaran ditutup rapat-rapat. fuih…

saya sendiri sebenarnya penggila libur. tapi kalau usaha jadi seret gara-gara kontrak pada delay, penagihan pada mundur, pengerjaan proyek tertunda … oh my god!!!

dan belum-belum, rasanya tulang ngilu semua membayangkan akhir bulan ini pemasukan perusahaan nol. hiks..don’t, god !

Oleh: ajisoka | Desember 6, 2007

kerja apaan sih?

belakangan adalah waktu yang sibuk bagi tim kami. ada lima kali perjalanan ke lokasi yang berbeda-beda, tim harus dibagi-bagi untuk menempuh perjalanan jauh. sengaja tidak menyuruh orang lain, biar bisa mengirit. meskipun seorang anggota tim ampun-ampunan ketika tahu dia harus menyeberangi laut yang sedang gelombang tinggi dengan speedboat.

perjalanan ada yang ditempuh dengan penerbangan pesawat jet ditambah pewawat berbaling-baling, menembus hutan kalimantan dengan strada, menyeberangi selat sunda dan melewati danau toba, blusukan ke kebun sawit di sumatera, membelah laut pasang dengan boat ke sebuah pulau kecil, atau sekadar harus berjalan di tanah yang terjal dan kadang becek. tim kami ada yang menenteng-nenteng kamera, membawa-bawa notes dan pulpen lalu sibuk mencatat-catat, menyodorkan tape recorder ke mulut orang-orang, memotret, menggendong laptop, berbasa-basi, sampai harus memakai helm keselamatan dan sepatu boat segala.

pekerjaan macam apakah bisnis kami?

ternyata adalah sebuah perusahaan komunikasi. kami hanya segerombolan anak-anak muda kelebihan energi dan mimpi kami rajin membuat majalah internal, menyooting untuk film dokumenter perusahaan orang, menulis buku untuk sebuah program sosial, merancang website dan produk it untuk beberapa pabrik dan organisai. selain itu kami giat mendesain materi publikasi perusahaan klien agar lebih ciamik dan komunikatif dalam pencitraan, membantu strategi branding, mencetak ini itu.. . pokoknya sibuk sekali 24/7, 24 jam sehari – 7 hari seminggu.

kami bisa disebut wartawan, sarjana pertanian, lulusan jurnalistik, jebolan kuliah humas, atau seorang insinyur. mimpi kami bertemu di sini. PT Media Citra.

Oleh: ajisoka | Desember 5, 2007

Media itu kejam (masih Zaenal Ma’arif)

Masih menyambung soal Pak Zaenal Ma’arif. Jadi ingin mengingat-ingat, kenapa ia begitu hancur dalam arti kiasan maupun sesungguhnya. Ternyata dari segala sejak dari ia dikeluarkan dari DPR, melakukan perlawanan pribadi yang tidak simpatik, sampai nantangin SBY, ada satu moment yang sungguh membuatnya terlumat oleh gelombang angin balik kesialan. Yaitu moment ketika ia dengan sangat sok transparan mengundang wartawan hanya untuk mendengarkan dia ngoceh tentang SBY.

Ia memang sempat berusaha menyangkal dengan bilang, “”Saya tidak pernah mengeluarkan tuduhan apapun terhadap Presiden. Tolong tunjukkan kalimat dari saya yang menuduh kalau SBY sudah punya istri sebelum masuk Akmil,” katanya (dikutip dari Surya, 30/7).

Tapi fatality-nya, rupanya ia pura-pura lupa (atau memang lupa?) kalau ia bercuap-cuap tepat ketika kamera dalam posisi “on”, baik kamera televisi maupun kamera wartawan foto persis ketika ia kurang lebih bilang “Saya tahu, SBY juga pernah menikah lagi sebelum masuk AKABRI dan menikah dengan Bu Ani”.

Sialnya, televisi tega untuk menyiarkan Pak Zaenal yang sedang kalap itu. Karena sedang kalap, amunisi yang ia coba dar der dor-kan sebagai bentuk bela diri kelas tinggi rupanya belum berhenti, ia pun coba menembak Jenderal R. Hartnono dengan menyebut sumber terpercaya kabar angin itu adalah Hartono. Duh, tamatlah riwayatmu, Nal.

Yang “membunuh” Pak Zaenal itu sebenarnya bukan SBY, atau kompeni-nya Pak Hartono. Tapi media. Itu juga salahnya sendiri, emosi kok ga kira-kira, kayak artis yang mau cerai saja curhat di depan kamera infotainment saja … Gak penting!

Hhh, media itu kejam bos.

Oleh: ajisoka | Desember 5, 2007

zaenal yang loyo

Melihat foto Pak Zaenal Ma’arif di “detik” baru saja, seperti melihat ironi sebuah keruntuhan karier politik seseorang. Pak Zaenal yang dulu begitu gagah, dengan karier politik bak roket yang melesat (Pertama kali menduduki empuknya kursi DPR (2004 – 2009), ia langsung jadi wakil ketua) itu, akhirnya ia terpeleset juga. Seperti orang terpeleset kulit pisang di dapur, ia selip, terhuyung-huyung, gelagapan cari pegangan, mecahin gelas, dan akhirnya gedebuk jatuh berdebam.

Pertama mungkin karena poligami. Kedua karena reaksinya yang sangat hebat ketika “dipecat” dari DPR dengan nantangin SBY.

Sebuah kemampuan komunikasi hebat yang ditunjukkan oleh potisi kita, selain pandai pidato saat kampanye, juga jagoan lempar fitnah secara meyakinkan.

Dan baru saja, prihatin sekali melihat foto bapak satu ini. Entah untuk apa, setelah sidang di Pengadilan Jakarta Pusat (5/12) ia mengangkat tangan. Dulu memang iya, menunjukkan semangat perlawanan karena ia merasa didzalimi saat dilengserkan dari kursi wueenak DPR.

Mungkin sekarang pun ia berusaha untuk itu, menunjukkan dirinya tetap bersemangat meskipun bukan lagi pejabat. Tapi apa boleh buat, badannya yang terlihat semakin kurus, air muka yang kuyu, mata yang tak tajam lagi itu tak mendukung pose semangatnya itu. Kasian deh lu.

sayang .., foto itu tidak bisa saya kutip di sini, kecuali harus membayar ke “detik” Rp 250 rb.

Oleh: ajisoka | Desember 4, 2007

cukup lima langkah,untuk kenal dengan seseorang

Barusan dapat ilmu baru dari teori seorang sahabat. Dia bilang, “Sekarang saya benar-benar yakin, Ji, ternyata untuk bisa bertemu dengan orang yang kita tuju, paling banyak hanya butuh lima langkah dari orang ke orang.”

Mirip sekali dengan friendster, kita adalah A, punya teman B, B punya teman C, dst. Kita bisa sampai kemanapun dan siapapun dari sini, dan itu tidak ada yang mustahil, siapapun, sepanjang dia masih di dunia dan hidup. Mau presiden, pimpinan perusahaan, atau bahkan tokoh paranormal berpengawal sekaligus.

Untuk ingin ketemu presiden, misalnya, kita bisa langsung membuat lompatan ketemu sama orang penting (misalnya di sebuah seminar yang kita ikuti, yang ternyata orang itu famili seorang pegawai menteri, lalu kita ketemu menteri, dan akhirnya ke presiden) atau langkah pertam ke teman yang dekat-dekat kita dulu saja, yang mungkin punya kenalan ke sana ke sana dan ke sana.

Masalahnya pertama tinggal di waktu. Berapa lama kita ada di setiap langkah dan bagaimana membuat satu orang merekomendasikan kita ke relasinya dan relasinya. Apakah kita layak untuk direkomendasikan, atau hanya akan buang-buang waktu dan malu-maluin dia.

Kedua, kita mau dan ada kepentingan nggak.

Tapi terlepas dari semuanya, teori ini saya kira memang benar adanya.

Jadi, siapkan sebuah kepentingan, lalu bertanya mau ketemu siapa bulan depan?

Oleh: ajisoka | Desember 3, 2007

bermain atau bekerja?

Kecenderungan berkerja dan bisnis sekarang ini banyak yang dibawa ke tempat main. Orang mengenal istilah “entertain” untuk menjamu klien, lobi, atau membahas kontrak sebuah proyek. Bisa macam-macam bentuk “entertain”, mulai dari yang alakadarnya sampai apa aja diadakan.

Di Banda Aceh, warung-warung kopi menjadi tempat favorit mulai dari wartawan sampai Gubernur bergosip mengenai isu panas dan proyek-proyek bawah tangan di wilayah itu, di Yogya lobi bisa dilakukan sambil ngleseh di warung sepanjang malioboro hingga alun-alun keraton, di Jakarta biasanya di kafe-kafe sampai panti pijat, semua menjadi informal untuk urusan yang sebenarnya formal dan penting. Mulai dari yang terlihat betul salah satu meng-entertain yang lain sampai saling entertain, dua-duanya mendapat kenyamanan, memiliki kesamaan hobi dan kesamaan minat akan obrolan. Semua masalah serius diselesaikan dengan (seolah-olah) tidak serius.

Ini seperti anak-anak usia sekolah yang perlu suasana bermain ketika belajar, ternyata orang gede pun perlu suasana bermain ketika bekerja.

Teorinya persis: lebih mudah memasukan muatan pelajaran ketika bermain dari pada sebaliknya. Lebih cair menyelesaikan urusan kerjaan ketika bermain dari pada sebaliknya.

Kelihatannya sepele, tapi ternyata itu sangat membantu dalam berkomunikasi, karena lebih enak membawa masalah pekerjaan ketika sedang bermain. Kita bisa dapat dua, bermain sambil menyelsaikan pekerjaan. Tapi kalau kita membawa permainan ke pekerjaan, maka pekerjaan kita tidak akan selesai dan mainnya pun tidak puas … hehe


Oleh: ajisoka | November 30, 2007

work hard, no play

ternyata punya bisnis kalau masih kecil2an tidak berlaku teori “kebebasan waktu” secara mutlak, apalagi “kebebasan finansial”. Memang hanya ngantor empat hari seminggu, bisa ambil cuti kapan saja kalau mau (cuti tidak identik dengan liburan lho), habis subuh tidur lagi sampai jam 9, tapi ketika di kantor yang hanya empat hari seminggu itu bisa kerja dari jam 6 pagi dan selesai kerja jam 2 dini hari. di rumah, aslinya masih kerja sama persis seperti di kantor. hutang pun masih banyak, kerjaan teknis ikut ngerjain dari a-z, dari nawarin produk-bikin-kontrol-sampai nagih, dikejar-kejar klien ngalah-ngalahin karyawan diuber-uber bos. hihi…

Nasib … nasib, begini kalau masih jadi entrepreneur kelas teri.

Older Posts »

Kategori